Senin, 28 Februari 2011

Tritangtu


Arti :
Jangan berebut kedudukan
Jangan berebut penghasilan
Jangan berebut hadiah
Maka berbuat mulialah dengan perbuatan
Dengan ucapan dan tekad yang bijaksana
Yang masuk akal, yang benar, yang sungguh -sungguh
Yang menarik simpati orang
Suka mengalah
Murah senyum
Berseri di hati dan mantap bicara kepada semua orang
Tua maupun muda


Dari zaman Prabu Siliwangi, kita diwarisi sebuah naskah kuno yang disebut SISKANDANG KARESIAN dan KUNDANGEUN URANG REYA ( untuk pegangan hidup orang banyak). Naskah ini terdiri atas 30 lembar dan pada akhir naskah dicantumkan tahun penulisannya, yaitu NORA CATUR SAGARA WULAN tahun 1440 (Saka) atau 1518 M. Naskah ini sekarang berada di museum Pusat. Sebagian isi dari naskah itu antara lain :
1. Dasakerta ( kesejahteraan yang sepuluh )
2. Tapa di Nagara
3. Panca Parisuda
4. Hidup yang Penuh Berkah
5. Parigeuing dan Dasa Pananta
6. Tritangtu di Bumi( Tiga posisi di Dunia)

Sementara itu Tritangtu di Bumi ini menerangkan bahwa dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat tradisional, ada 3 posisi yang menjadi tonggak kehidupan, yaitu RAMA ( pendiri kampung yang menjadi pemimpin masyarakat dan keturunannya mewarisi jabatan itu ). RESI ( ulama atau pendeta ), dan PRABU ( raja, pemegang kekuasaan ).

Dalam naskah tersebut dianjurkan agar orang berusaha memiliki bayu pinaka prabu ( wibawa seorang raja ), sabda pinaka rama ( ucapan seorang rama), dan hedap pinaka resi ( tekad seorang resi ). Ketiga pemegang posisi tersebutsederajat karena "pada pawitannya,pada muliyana" ( sama asal usulnya, sama mulianya).

Oleh karena itu diantara ketiganya jangan berebut kedudukan, jangan berebut, penghasilan, jangan berebut hadiah. Maka berbuat mulialah dengan perbuatan, dengan ucapan, dan dengan tekad yang bijaksana, yang masuk akal, yang benar,yang sungguh -sungguh, yang menarik simpati orang, suka mengalah, murah senyum, berseri di hati dan mantap bicara kepada semua orang, tua maupun muda.

Tritangtu sebagai sistem kepemimpinan itu masih dilaksanakan di Kanekes hingga sekarang. Orang Baduy menyebutnya TANGTU TELU ( Tritangtu ). Ketiga orang Puun di Kanekes masing -masing menempati posisi Resi ( Puun Cikertawana ), Rama ( Puun Cikeusik), dan ponggawa ( Puun Cibeo).

Dalam kehidupan sehari -hari ketiga Puun itu berkuasa penuh di daerah masing -masing. Tetapi dalam hal umum menyangkut seluruh Kanekes, barulah fungsi Tangtu Telu itu berlaku. Pada dasarnya ketiga posisi itu terdapat pula dalam masyarakat kita sekarang, yaitu Pemuka Masyarakat, Ulama dan Pemerintah.
Apa yang diharapkan dari trio itu pada zaman Siliwangi, rasanya masih diharapkan juga pada masa kini.

Sumber : WANGSIT SILIWANGI, harimau di tengah bara karya E. Rokajat Asura