Sabtu, 02 Oktober 2010

Jalanku sayang, Jalanku malang

Dimusim hujan seperti sekarang ini, selain banjir, masalah yang sering terjadi adalah rusaknya jalan. Aspal mengelupas, membuat jalan berlubang, bergelombang, dan rusak. Banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang kerusakan jalan, menurut saya masalah jalan adalah masalah yang paling urgent jadi apa tidak bisa masalah ini ditempatkan pada urutan paling atas di dalam pengajuan anggaran. Jika tidak segera dibenahi, lubang-lubang itu akan semakin besar, dan membuat jalan tak lagi layak digunakan. Pemerintah seakan kehabisan akal menghadapi masalah kerusakan jalan. Berbagai cara dilakukan, hingga kini, tambal sulam menjadi pilihan. Tetapi seakan tindakan itu tak berarti, karena jalan kembali tergerus banjir.

Khusus Kota Bandung, dari info yang dikutip di Koran Galamedia, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Bandung, sepanjang tahun 2010 ada sekitar 9.000 aduan yang disampaikan masyarakat. Sekitar 60% berisi keluhan mengenai kondisi jalan yang rusak.

Memang jalan-jalan di Bandung ini kerusakannya cukup parah. Penanganannya pun sangat lambat, padahal masalah jalan rusak ini merupakan masalah yang serius, bagaimana tidak, masalah jalan rusak ini bisa berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Dampak yang sering terjadi di daerah yang jalannya tergolong cukup parah adalah kemacetan, Hal yang lumrah ketika berada di suatu daerah yang jalannya rusak parah sering terjadi kemacetan, karena pengendara mesti ekstra hati – hati dalam berkendara sehingga jalannya kendaraan menjadi sangat pelan dan terkadang harus bergiliran antara lajur kanan- kiri jika yang rusak di sebagian jalan.

Apalagi jika keadaan jalan sedang banjir, jalan menjadi tidak terlihat. Dan kebanyakan pengendara motor sering mengambil jalan aman, yaitu trotoar. Padahal terotoar dikhususkan untuk para pejalan kaki. Sehingga dengan para pengendara motor ( khususnya ) melewati trotoar, otomatis para pejalan kaki menjadi terganggu.

Contoh yang paling sering saya alami adalah jalan Cimahi –Bandung, di daerah Cibaligo rusaknya jalan cukup parah, sehingga lajur kanan dan lajur kiri bergantian tiap ,elewatinya. Padahal kerusakan jalan itu tepat turunan. Sehingga apabila tidak hati –hati, akan menyebabkan kecelakaan.

Selain kemacetan, jalan rusak juga dapat menyebabkan kecelakaan. Sampai – sampai ada istilah, di jalan yang mulus saja sering terjadi kecelakaan, apalagi di jalan yang rusak. Cukup banyak kecelakaan akibat jalan rusak dan berlubang. Karena itulah, pengendara harus ekstra hati –hati ketika melewati jalan yang rusak dan berlubang ini, dan hal ini menyebabkan kemacetan dan waktu yang terbuang cukup lama.

Jalan yang rusak dan berlubang juga berdampak pada ekonomi. Sebetulnya yang paling krusial akibat jalan buruk tersebut, adalah soal mobilisasi orang dan barang. Akibat jalan jelek ongkos menjadi mahal. Bayangkan saja, pemilik kendaraan harus mengeluarkan biaya perawatan dua kali lipat dari biasanya.

Biaya perawatan itu bukan hanya ban kendaraan saja, namun spare part lainnya juga. Termasuk konsumsi BBM yang menjadi dua kali lipat. Nah, dengan membengkaknya biaya perawatan tersebut, jelas berimbas pada kebutuhan pokok masyarakat. Ujung –ujungnya masyarakat harus menanggung biaya yang mahal tersebut dengan membeli sembako yang mahal.

Nah, yang ditanyakan, apa yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada ruas jalan ?

Hampir semua jalan di kota Bandung menggunakan campuran agregat (batu pecah) dan aspal. Musuh utama aspal adalah air, karena air bisa melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal. Kerusakan yang umum terjadi di jalan-jalan dalam kota adalah adanya air yang menggenangi permukaan jalan. Pada saat ikatan aspal dan agregat longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang akan merusak ikatan tersebut dan permukaan jalan pada akhirnya. Tipikal kerusakan karena pengaruh air adalah lubang.

Penyebab utama penggenangan air adalah, kurang baiknya kualitas drainase atau saluran air di samping jalan. Hal ini berpengaruh besar pada aktivitas yang terjadi di jalan.

Jika kita perhatikan, di Indonesia pada umumnya, drainase ( saluran air/ selokan) pinggir jalan tidak hanya untuk mengeringkan jalan saja, tetapi menjadi saluran pembuang dari rumah –rumah serta perkantoran yang berada di pinggir jalan juga. Ditambah sampah –sampah yang menggunung di dalam saluran air tersebut, sehingga banjir dapat sewaktu –waktu terjadi.

Jadi, walaupun ada drainase, tapi tak terawat. Sehingga, ketika hujan turun, banyak sekali jalan di Bandung menjadi banjir. Pada saat banjir, kendaraan tetap melintas, dan ini dapat menyebabkan kerusakan pada ruas jalan.

Memang sering dilakukan perbaikan secara ditambal, namun secara tak teratur. Sehingga, yang terjadi adalah kerusakan kembali. Itupun dengan cara asal –asalan, biasanya hanya pakai batu, pasir dan semen saja, jadi otomatis, apabila hujan turun dan terjdi penggenangan air, jalan yang ditambal tersebut menjadi rusak kembali.

Namun, hal tersebut masih dibilang cukup mending, karna yang melakukannya adalah masyarakat sendiri, ketimbang menunggu pamerintah yang bertindak, entah kapan.

Tak perlu jauh –jauh melihat contoh, lihatlah Surabaya, ketika jalan rusak kemudian diberitakan atau disiarkan di radio, jalan yang rusak tersebut langsung diperbaiki. Sementara kota Bandung sendiri, walaupun sudah berkali –kali disiarkan di radio dan masuk Koran, jalanan masih saja banyak yang rusak.

.Pada akhirnya, masalah kerusakan jalan ini perlu di tanggapi dengan serius, karena dapat berpengaruh pada aktivitas masyarakat. Bahkan berpengaruh pada ekonomi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar